Pages

Monday, June 14, 2010

Unlimited Cyber - Prolouge, Chapter 1

And Ending Is a New Beginning
UNLIMITED CYBER


; Prolouge :Pada suatu masa,

Jika kau ada di sini, sebaiknya larilah menjauh. Jauh, pergi kemanapun asalkan jangan ada di sini.
DHUARR....
Karena yang akan menyambutmu adalah suara ledakan.
Adalah suara senjata.
Meriam.
Pedang.
Suara kesakitan, menjerit merobek-robek senja. Suara desah sekarat, menuai maut. Suara tertawa bagai iblis mengoyak kebajikan.
Dan kau tau sebabnya? Ini perang.
Bau anyir, darah, daging, mesiu, hangus terbakar. Mayat bergelimpangan, seperti baru saja tercurah dari langit, bertumpuk tumpuk seperti daging asap cacat, menuai bau busuk luar biasa.
Angin menderu hebat. Menerbangkan dan melayangkan apapun. Semua penderitaan mengalun seiring desiran angin dasyat. Awan hitam, jelaga, siap menumpahkan air rahmat dari langit.
Mengerikan!!
Dan di ujung sana, di antara tumpukan raga kosong dan puing, sendirian, seoang bocah gemetar. Menelan sakit luar biasa. Kepalanya seperti ingin pecah, meledak, lalu ingin mati. Ia tak melihat lagi sekelilingnya, sama sekali. Tubuhnya basah kuyup oleh darah. Warna bajunya sudah dikalahkan oleh warna hitam kemerah-merahan. Sementara tangan kanannya berusaha menggapai seseorang. Ia tidak peduli apapun lagi, sama sekali.
Dan yang ingin dia tolong adalah gadis kecil. Dia tidak berdaya. Seluruh tubuhnya dicengkram oleh sesuatu hitam, seperti tangan iblis, keluar dari permukaan tanah. Sebuah lingkaran halus berpendar-pendar di tanah, menjadi lantai bagi mereka. Menjadi kunci bagi mereka. Kesan gaib nan mistis terasa kental dan pekat.
“Lepaskaan...” teriak bocah tadi. “Tingalkan dia sendiri...”
Seolah tidak mendengar, tangan iblis tadi mencengkram keduanya lebih erat, melarang mereka bertemu. Bocah dan gadis kecil berteriak kesakitan, luar biasa sakitnya. Jika mereka bisa, mereka seharusnya sudah meregang nyawa. Tapi mereka menahan, Semua rasa sakit mereka lahap. Berdesir di kerongkongan jiwa.
“Apa yang kau ingin lakukan...” ucap suatu suara, entah berasal dari mana. Berat, menggelegar, memecah angin yang lewat di sekitarnya.
“Aku ingin dia kembali!!” teriak bocah tadi. “Jangan ambil dia!!”
“Ini adalah keputusannya, bukan keputusanmu...”
“INI BUKAN YANG KAREN INGINKAN!!!” teriak sang bocah. “KEMBALIKAN KAREN!!!”
Makin ia berteriak nyaring, makin kuatlah cengkraman sang iblis. Kukunya yang tajam menembus kakinya, badannya. Tapi ia tak peduli. Dengan sisa kekuatan terakhirnya ia maju, terus maju, menggapai-gapai gadis kecilnya, yang tergeletak tak berdaya dan bersimbah darah.
“Kau menginginkannya dariku? Apa yang kau bisa berikan padaku? Ucap sang suara dalam.
“Apapun… biarkan dia hidup…” ucap sang bocah. “dia hanya satu-satunya kepunyaanku sekarang…aku…”
Angin perlahan tenang, Berhenti berder-deru bising. Alam tidak bergeming, menunggu bocah tadi menyelesaikan kata-katanya.
“…menyayanginya…”
Sang suara tidak bergeming. Masih mencengkram bocah tadi, yang sekarang setengah sekarat.
Hingga tiba-tiba, sesuatu terjadi.
Tangan tadi berganti haluan. Tidak mencengkram tubuh bocah tadi. Tapi mengapitnya diantara kedua jari kurusnya. Kukunya maju menembus kepala bocah. Darah bercucuran.
“Aku mengambil semua mimpi indahmu seumur hidupmu. Kau akan selalu bermimpi buruk, walau hanya memejap mata sesaat...”
Pang!
Dari punggung kanan bocah tadi, menyembur darah. Menetes-netes sepanjang punggungnya, membuat jalur darah yang bergabung dengan kawanannya, menggenang.
“Kau akan dilanda mimpi buruk, selamanya...”
Bocah tadi menjerit, menggelegar seperti ratusan halilintar. Tangan-tangan kejam mundur, menghilang seperti asap. Angin berhenti menderu. Lingkaran tipis di tanah berputar cepat, dan perlahan menghilang. Titik-titk air mulai jatuh dari langit, semangkin deras, semangkin deras.
Dan rasa perih yang tersisa.
Bocah tadi gemetar. Tatapannya kosong, merasakan kepalanya yang pecah. Nyeri, sakit, otaknya serasa terbelah, tengkoraknya seperti remuk, rambutnya serara tertarik, kulit rambutnya serasa dikupas. Pandangannya kabur. Nafasnya maha cepat. Ia melihat gadis di depannya, menangis terisak-isak dengan sisa kekuatannya.
Terseok-seok, ia maju. Namun tak ada daya, ia jatuh. Ia sudah semi sekarat. Tangannya masih mencoba menggapai gadis kecil di depannya. Berharap ada suatu kekuatan yang membuatnya bergeser ke tempat sang gadis.
Ia tak kuat lagi. Tangannya hanya tinggal berjarak 6 senti dari tangan sang gadis. Kepala dan tangannya terkulai tak berdaya ke tanah. Pandangannya kabur. Kesadarannya hilang. Ia membiarkan tubuhnya dipukul-pukul air hujan, yang menderu bising di sekitarnya.
Namun sebelum dia pergi, ia masih mendengar namanya disebut-sebut lirih oleh gadisnya.
“Keyda... Keyda...”
Hingga akhirnya keduanya tak bergerak, menyatu padu dengan mayat lain di sekitarnya.
Unlimited Cyber telah dimulai, tak lama lagi.
***



1; START
;Angkatan Militer Pusat,10.21 AM
[pergantian sudut pandang]

“Sersan Mayor Springbell….”
Panggilan untukku. Hiraukan.
“Sersan Mayor Springbell…”
Aku mendengarnya, tapi aku tak berharap dengar lagi.
“Sersan Mayor Karen Springbell!!!!”
Dan terakhir, aku dibentak. Bagus!
“Dan lihat hasil kerja kita!!” desahku. “Bagus banget ya….”
“Kau yang maju ini bukan? Jadi aku sih tidak bisa bantu lagi!! Aku usahain buat laporan secepatnya deh!!”
“Semoga aja gak ada pemanggilan lagi…” aku beranjak dari meja kerjaku dan mulai membenahkan diri pada seragam militerku.
“Hei Megan, nanti kalau keremu yang lain, bilang aku bertugas ya!!”
“Itu sih sudah pasti!” Megan tersenyum berat
Aku memandang laporan berat.“Apa ya yang harus kukatakan pada Kolonel ya?”
“Cerita saja tentang liburannya!! Oya, sekalian kalau dipanggil Brigjen ,cerita saja tentang wanita-wanita bahenol berbaju renang mini itu!! Haha... mungkin tugas kita diringankan!”
“Iya, kalau kiat bisa membawa slah satunya sebagai oleh-oleh untuknya!!!” aku mendengus sambil membuka pintu
Aku mendesah di koridor sambil berjalan lesu. Awuh... apa yang harus aku katakan nanti ya?
Di persimpangan, aku bertemu Letnan Steward. Masih dengan wajah teduh nan bijaksananya.
“Salam, Sersan Mayor Springbell!” ucap Letnan Steward penuh hormat sambil mengangkat tangan hormat. Aku membalasnya.
“Ada panggilan lagi?” ia membuka perbincangan.
“Hanya panggilan laporan inspeksi di Markas Barat!” aku mendesah. “Biasa!”
“Oh...hahaha... inspeksi di markas barat LAGI ya? Wah...” kata-kata Letnan penuh penasaran. “Berlibur juga?”
“Oh!” aku nyengir. Terbayanglah wilayah barat yang penuh dengan pasir dan ombak. “Begitulah! Kita tidak bisa menyelipkan liburan pada tugas kan?”
“Ah, teori” Letnan meringis “Aku bisa membayangkan Amber mengeluarkan koleksi baju renangnya dan berjemur di pantai...”
“Ah, jangan bilang itu!!” Aku memotong kata-katanya gusar. “Lebih baik aku mencoret-coret kertas sket daripada melakukan hal sinting macam begitu!! Coba deh! Kulitnya sudah gak karuan hitamnya, tapi tetep aja mandi matahari!! Dia sih masih mending!! Di sana bertebaran perempuan yang nyebelin dan penjaga pantai sok tau dan memarahi abis-abisan soal Reserve Cyber kita!! Apa-apaan sih?!” Saat kita jelaskan, mereka malah balik menuduh...”
“Baik..baik..simpan itu semua buat Kolonel aja...” Letnan menghentikan ambisi marahku. “Oke, kita berpisah di sini ya!!”
“Ya Kak! Terima Kasih telah menemaniku!” aku memberi hormat kepadanya. “See ya!”
Letnan tersenyum sambil melambai kepadaku, lalu berjalan menjauh.
Aku memandang pintu itu. Ah... aku harus bilang apa jika Kolonel bertanya soal laporannya?
Aku membuka pintu itu. Suaranya berdenyit.
Dan kulihat Kolonel Hyde di depanku. Tersenyum simpul.
Aku memberi hormat. Dan dengan canggung aku duduk pada kursi yang sudah disediakan, menghadap pada mejanya. Aku bingung, padahal sudah beribu-ribu kali aku duduk di sini, tapi kenapa masih canggung?
“Yak...Nona Springbell...” Kolonel membuka pembicaraan. “Bagaimana? Sukses menghitamkan kulit?”
“Ahaha… begitulah” aku mencari kata-kata yang tepat. “Lumayan. Sudah sehitam karamel yang gosong oleh nyonya Aida di dapur Militer!”
“Hmmm...” ia menumpukan tangannya pada meja. Rambutnya yang panjang kemerahan dijepit dengan jepitan, dan wajahnya menunjukan keanggunan seorang wanita tentara Reserve Cyber. “Ada Reserve Cyber yang rusak?”
“Tak ada keluhan” au membetulkan cara dudukku. “Mungkin hanya penjaga pantai yang menyebalkan!”
“Oh...begitu...” Ia mengeluarkan kertas dan penanya. “Laporannya?”
***

Saat-saat seperti inilah aku sangat membenci menjadi tentara.
“GAK ADA PEMANGGILAN LAGI OLEH BRIGJEN SLYDER YA!!!” teriak Megan berang. “CUKUP!!”
“Aku bukan mau sok bijak, tapi tugas kita memang diundur terus dari kemarin…” bisik Amy pelan. “Kita terlalu santai sih…”
“Lagian! Siapa suruh buat buat laporan! Udah tau kita lagi santai-santai, disuruh buat lapoan gak jelas itu!!!” Amber nyelonong suara. “ Aku kan lagi ada proyek ‘kulit hitam gosong’ kemarin!! Aaahh….. sebal!!”
“Aku sidah nyicil sih, sisanya tinggal dua bab lagi…” Sara membuka pernyataan sambil mencatat di buku andalannya. Kacamaanya sesekali turun dari hidungnya. “Toh, laporan kita gak banyak!”
“Oke... lagi-lagi Sara nyelamatin kita...” Megan geleng-gelen kepala “Dan Amber yang pasti ketolong ma dia...”
“Udah udah ah!! Mau periksa Reserve Cyber!!” Amber beranjak cepat-cepat. “Ayo! Kalo gak sekarang gak keburu loh!!”
***
Aku memandang Reserve Cyberku.
Aku tersenyum.
Dan aku melihat seolah-olah dia juga tersenyum kepadaku.
Sebuah robot genetika Reserve Cyber adalah barang berharga kalian, dan sudah turun temurun dimiliki oleh kalian. Seperti kalian, mereka punya hati! Maka itu, jangan sekali-kali meremehkan mereka, menyakiti mereka, bahkan memperlakukan mereka sebagai barang! Itulah kata guru besar di akademi militer Reserve Cyber. Ahh…
Dan konon, semua Reserve Cyber di dunia dikontrol kekuatannya oleh para pencipta Reserve Cyber, seorang Gama Cyber!!! Legenda menyatakan, bahwa Reserve Cyber sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu! Aku memandang kembali Reserve Cyberku, Hazel Daze. Walau yang kulihat di depanku adalah pesawat jet kecil, namun bentuknya bisa berbah, seperti Reserve Cyber lainnya. Punya Megan misalnya, ia bisa ‘berubah’ menjadi wujud beruang logam.
Aku mendekati Hazel Daze.
Ia punya banyak lecet, dan setiap lecet punya cerita.
Cerita perang 9 tahun lalu.
Ah! Aku gak mau mengingatnya lagi!! Aku sidah bertekad untuk melupakannya kan?
Aku naik ke atas, ke ruang kendali Hazel Daze. Entah kenapa setiap mengingat perang akhir-akhir ini, aku selalu limbung. Jantungku meletup-letup dan kepalaku pusing. Dadaku sesak.
Aduh! Apa sih yang kau pikirkan?!
Dengan perlahan aku membereskan sisa-sisa kertas warna-warni yang dipakai untuk kejutan pesta ulang tahunku ke-17 2 hari lalu. Selain Megan, Amy, Sara dan Amber, ternyata komplotan cowok juga datang saat itu! Keyda, Felix, Joey, Bruno, Rei dan Saga ikutan nimbrung dan menghajarku dengan kue cake yang banyak krimnya itu!
Aku tertawa kecil. Kita bersepuluh sudah tak bisa dipisah! Dari masuk akademi… bukan! Dari perang itu kami memikul nasib bersama! Ya.. ya… tak ada yang selamat satupun saat itu kecuali kami… ya..ya.. kami beruntung...
Perang! Ada yang salah dengan itu?! Kenapa kepalaku serasa dikocok-kocok?
Aku mual. Aku duduk di kursi kendali Hazel Daze. Dadaku sait luar biasa. Sesak, terasa terbakar. Kepalaku mulai pusing.
Akh...perang lagi!! Perang lagi!! Sudah cukup kenapa sih?!
Perlahan aku meraba dadaku. Merasakan lambang Reserve Cyberku sakit dan perih. Aku mengusapnya perlahan. Aneh, aku tak bisa tenang! Perasaan apa ini?
Aku turun saja. Aku perlu makan siang.
Saat aku turun, Megan dan kawan-kawan lagi berkumpul bersama komplotan Keyda. Mereka sedang berbincang ringan.
“Heya! Turun juga nih anak!” Felix melambaikan tangan kepadaku dari kejauhan. Terligat jelas lambang Reserve Cyber di tangannya. Aku tersenyum.
“Lagi ngapain nih?” aku ikut bergerumul bersama mereka “Ke kantin, yuk!”
“Baru mau bilang! Aku sudah lapar gak karuan nih!” Felix menyetujui usulku mutlak. “Ayo…aku lapaar…”
“Kepalamu benar-benar berisi makanan ya!” Megan mencibir “Aku heran, kenapa kau gak gemuk-gemuk sih? Apa jangan-jangan kepalamu itu terbuat dari pudding Custard?”
“Enak saja!! Aku manusia normal ya!” balas Felix gusar. “Ayo! Makan!”
Aku hanya tersenyum melihat mereka. Ku perhatkan tangan mereka. Seorang Reserve Cyber mempunya lambang di tangan kanannya sebagai tanda Reserve Cyber. Semua, kecuali aku dan Keyda, yang kutau.
Ngomong-ngomong, aku tidak melihat Keyda!
“Hei Key ada di mana?” aku melihat sekeliling garasi Reserve Cyber.
“Entah!” Bruno menyapu pandangannya. “Tadi sih, dia ke basement sebentar!”
“Oh! Kalau gitu, aku nyusul dia dulu deh! Mau ngembaliin Kunci Inggrisnya!” Aku berbalik dan berlalu. “Nanti aku nyusul ya!!”
“Jangan lama-lama!” teriak Amber padaku. “Nanti pudding Cusrard Nyonya Aida habis, loh!”
“Ya!” aku balas berteriak menuju basement.
Dengan cepat aku turun melewati tangga-tangga alumunium dan mencari Keyda.
“Keyda!! Ke kantin yuk!” aku berteriak padanya. “semua sedah pergi duluan loh!”
Key hanya memandangku, lalu meletakan salah satu onderdil Reserve Cyber pada meja bengkelnya.
“Ohya! Dan sekalian…”aku merogoh kantungku sambil mendekatinya, yang sedang mencuci tangan dan mukanya pada sebuah baskom besar. “Nih! Kunci Inggris yang kupinjam kemarin! Kalau kelamaan aku simpan, nanti dia akan menyatu dengan semua barangku loh!!”
Dia menerimanya tanpa suara. “Makasih”
Aku memandang Keyda prihatin. Mukanya selalu dingin dan tidak berekspresi sama sekali. Matanya tajam memandang ke depan. Ia tak banyak mengeluarkan suara dan lebih memilih bekerja.
“Jadi...” aku memulai pembicaraan (yang kutau tak akan membuatnya tertarik). “Ada yang menarik akhir-akhir ini? Peningkatan kinerja, inspeksi yang mengesankan, atau... kenaikan pangkat?”
“dalam batas normal” ia menjawab datar.
“Begitukah?” aku tertawa berderai, membuat beberapa tentara memandangku sesaat. “Aku juga begitu adanya!”
Nyatanya dalam hati, aku bersedih. Ia menyimpan luka yang dalam. Sangat dalam.
Sama sepertiku, perang dalam dirinya juga belum selesai
***
Ini cerita pertama dari Blog ini. Setiap Chapter akan kita post setiap bulan. Kami akan senang jika ada yang memberikan saran agar bisa lebih baik lagi... Enjoy it! :)

0 toughts:

Post a Comment