Pages

Saturday, July 17, 2010

Unlimited Cyber ; Chapter 3

3;Unname;Markas Angkatan Militer pusat 07.33 AM[pergantian sudut pandang]“Nah…begini kan enak… gak ada pemanggilan lagi oleh BRIGJEN TOM SLYDER….” Ucap Amber sambil meluruskan kakinya di atas meja. “Lagipula aku ingin menikmati hariku bersama anting baruku ini! Wha… menyenangkan!”
“Hohoho…begitu ya?” Megan mencibir. “Kau pasti bolos saat tugas kemarin!!”
“Iya dong! Tau gak, warnanya persis sama dengan warna mataku lohh…. Dan kau tau, aku sempat berebut dengan ibu-ibu serakah dulu! Keren kaan…” Amber berucap bangga.
“Terserah” Sara menghembuskan nafasnya. “Aku kira kita sudah telat tadi! Aku sampai tidak sisiran nih!!” ia mendengus kesal sambil menyikat rambur panjangnya yang berwarna coklat muda.



“Tenang saja!! Aku juga kalo sisiran kilat loh!” Megan mendukung tindakan Sara. “Yang palingan aku lakukan cuma mengkuncir sedikit rambutku jadi dua seperti ini!! Lagipula rambutku gak terlalu panjang dan gampang diatur! Hanya sebahu!!”
“Enak!! Aku rambutnya susah diatur!!” Amy menyesalkan rambutnya. “Mau tidak mau harus disikat yang lama. Tapi kadang-kadang aku malas juga sih!”
“Ihh…kalian semua seperti bukan perempuan saja!!” Amber bergidik jijik. “Kalau aku ya…”
TOK…TOK…
Pintu ruang kerja kami diketuk. Kami menghentikan obrolan kami.
“Pemanggilan dari Brigjen Slyder!!” Felix melongo sedikit dari ruang kerja kami. “Darurat”
“AKH!!! KATANYA GAK ADA PEMANGGILAN??!!” Amber berang. “Aku mau menikmati hariku dengan anting ini!!”
“Darurat” Felix sangsi. “Dan lebih baik kalian semua segera bergerak!”
Saling pandang, kami semua beranjak dari kursi kami.
***
Suasananya Tegang.
Aku masuk perlahan ke dalam ruangan Brigjen Slyder dan dengan hati-hati mengambil posisi. Di sana sudah terdapat Keyda dan Squard-nya. Wajah mereka tegang, mecekam dan siap diberikan tugas berikutnya. Di depanku, Brigjen Slyder duduk dengan tenang. Rambut hitamnya yang pendek menyentuh leher terurai acak-acakan. Di samping kiri dan kananya, berdiri Kolonel Hyde dan Letnan satu Steward. Dua-duanya berdiri dengan tegap. Pandangannya lurus ke depan, dan sesekali memandang ke arah kami.
“Sersan Mayor Karen Springbell!” aku memberi hormat kepada Brigjen.
Brigjen tersenyum dan mengangguk mantap. “Baiklah nona dan tuan sekalian, misi baru buat kalian.” Ucapnya. “Perompak Unname dating lagi.”
Kami semua tersingkap.
“Mau apa lgi mereka? Sepertinya mereka senang mencari masalah ya!” hadrik Megan. “Mereka mencuri atau menjarah apa?”
“Tidak mencuri atau menjarah, namun menghancurkan setengah dari kota St.Petro. bisa diperkirakan, kota itu jadi porak-poranda!”
“Apa di sana tak ada tentara lain untuk menghalaunya?” Tanya Sara.
“Sayangnya, mereka adalah Reserve Cyber. Dan Markas Barat adalah Markas Militer yang sangat kekurangan tentara Reserve Cyber. Jadi apapun yang dilakukan tentara di sana bisa dihalau oleh mereka.” Ia menghela nafas. “Tidak ada korban jiwa, namun situasi di sana berubah drastis”
Kami saling pandang.
“Petugas satu sudah turun duluan untuk misi sebelumnya. Jadi kalian diberi waktu 5 jam untuk pembekuan.” Brigjen menulis pada buku cacatannya.
“Maaf, apakah ada data terbaru tentang perompak Unname?” Tanya Sara serius. Dikeluarkannya buku catatatan kecilnya.
“Seperti biasa, kritis ya Sersan Perwira Butterharm…” Brigjen Slyder melambaikan tangannya pada Kolonel Hyde, mempersilahkannya melakukan presentasi singkat seputar Unname.
“Kelompok Unname terdiri dari 8 orang yang seluruhnya adalah Reserve Cyber. Dinamakan Unname karena mereka sendiri tidak pernah memberi nama pada kelompok mereka....” Kolonel memulai argumentasinya. “Yang menjadi leader dari kelompok perompak ini adalah Miss Caroline Charlotte, perempuan paruh baya…” Kolonel mengeluarkan foto buram. Terlihatlah potret seorang wanita cantik paruh baya dengan rambut pirang belah pinggir. “Diketahui umurnya sekitar 35 tahun ke bawah”
“Dan dia juga seksi” tambah Brigjen sambil melihat foto dengan seksama.
Saga bergoyang. Felix hambir menyembur karena menahan tawa. Aku dan teman-teman hanya menggeleng-gelengkan kepala.
“Lalu salah satu bawahannya yang paling terkenal adalah Maggie dan Dan, kedua orang ini bisa dibilang ajudannya…” Kolonel mengeluarkan foto kedua Orang itu. Maggie adalah seorang remaja dengan rambut coklat sebahu. Dan bisa dibilang seperti seorang perompak dalam cerita dongeng. Rambut yang nyaris botak, muka sangar dengan codet sana-sini ditambah sengiran yang menakutkan.
“Mereka biasa menyerang Gerilya, dan mempelajari daerah yang akan digunkan bertarung sebelum memulainya…” Kolonel menutup buku catatan dan merapihkan Mapnya. “Reserve Cyber mereka bisa dikarakan nyentrik dan aneh-aneh karena sering dimodifikasi…”
“Waktu pembekuan 5 jam, dan akan ada pasukan bantuan jika kalian tidak berhasil menyelesaikannya” Brigjen mulai beranjak. “Semoga berhasi!!”
Aku dan yang lain mengerti. Kami memberi hormat lalu pergi dengan tergesa-gesa.
Saat aku ingin keluar, masuklah Letnan muda Vermouth tergesa-gesa. “Laporan darurat dari Pusat Forensik maskas Selatan!! Terjadi penyerangan mendadak oleh dua Reserve Cyber tidak dikenal!!” ucapnya cemas.
***
“Wakh…kusut masai disini…” Amy menggeleng-gelengkan kepala. “Lalu mereka semua kabur, begitu?”
“Entah” ucapku memandang seluruh puing-puing kota St.Perto. “Dan seperti biasa, bank umum yang menjadi sasaran mereka!”
“Walau mereka menghancurkan bank, tapi mereka tidak menjarah apaun!” Any mengerutkan dahi. “Mereka mau apa, sih?”
“Masuk… Kopral Megan Haddoc…” tiba-tiba Talkie Phone yang menempel di telingaku menangkap sinyal.
“Diterima. Ada laporan baru, nggak?”
“Euh…selanjutnya di sini gak ada yang dikeluhkan sih…” ia menjawab sangsi. “Mereka tidak mengacaukan bagian ini” “Baguslah!” Aku mengela nafas lega. “Jika begitu…”
“Tunggu,” tiba-tiba Amy menyuruhku diam. “Mendengar sesuatu?”
Aku mempertajam pendengaranku.
Benar. Ada suara ribut berdenggung di belakangku.
“Tadi gak ada suara ini! Ada apa ya?” Amy bingung.
DHARR!!!!
“Penyerangan!!” teriakku kacau. “Amy, hubungi Amber dan beritau untuk melakukan evakuasi penduduk sipil. Aku akan menghubugi Keyda sekarang.” Aku mengotak atik Talkie Phone sambil berlari menuju Reserve Cyberku. “Megan? Masih tersambung?” “Dengan jelas! Ada apa” Jawabnya cemas.
“Sekarang lebih baik kau ke sini. Penyerangan telah dimulai!!” aku memanjat Hazel Daze dan mengambil kendali. “Halo, Masuk, Karen Springbell di sini”
“Diterima” ucap Suara dalam Talkie Phoneku.
“Key, serangan Unname telah dimulai!” aku mewanti-wanti dia untuk dating ke sini. “Aku juga belum…WAKH!!!”
Di depanku sudah ada salah satu Reserve Cyber, terbang menukik rendah di atasku.
“Posisimu?” aku bertanya padaya.
“Baray Daya St.Petro” ucapnya. “Aku segera ke sana”
“Ukh…” Aku mencoba mengambil kendali. “Baiklah, kau mau pakai cara kasar atau cara halus?”
Aku mulai Mengubah Reserve Cyberku. Dengan sekali Retransform, pesawat kecil ini sudah menjadi robot genetika berbentuk pasukan tempur. “Hazel Daze, baik-baikkah kau? Jangan ada yang ngadat ya!”
“WAAAKH…. Karen! Kau di mana?” Amy bertanya khawatir pada Talkie Phone. “Bisa bisa aku dikeroyok nih!”
“Sudah Retransform belum?” aku masih menghalau Reserve Cyber yang menukik-nukik di hadapanku. “Sebentar lagi yag lain akan ke sini!!”
“Semiga saja aku bisa tahan lebih lama…”
“Waaaa… Berubah, berubah, berubah!!” tiba-tiba Reserve Cyber yang ada di depanku melakukan Retransform. Dengan sigap ia berubah menjadi kelinci logam yang besar dan segera menyerangku.
Aku menepisnya. Dari kejauhan kulihat Reserve Cybernya.
Dan ia juga melihatku.
Aku bingung, sementara ia terpana melihatku dan Hazel Daze.
Anak kecil?
“Kau…” ia memicingkan matanya. Menatapku dengan tidak percaya.”Kau Hazel Daze?!! KYAAAAAAA……… ini Hazel Daze!!! Ini betul-betul Hazel Daze!!!! WAOU……”
Aku merasa bingung dibuatnya. Walau samar, aku bisa mendengar suaranya yang ceria dan terdengar tidak percaya.
“Kau Gama Cyber ya? Iya? Iya? Waaakh…. Benar-benar luar biasa!! Suatu kehormatan bisa bertarung denganmu!!” Matanya yang besar berbinar-inar. Rambutnya yang dikuncir dua naik turun dengan lucu.
Ia tau Hazel Daze?
“Ini aneh…” aku bingung. “aku merasa tidak pernah mengenalnya…”
BLARR……….!!!
Ada ledakan lain di sana. Teman-temanku telah kembali semua. Mereka sedang berduel satu lawan satu.
“Hei kau, aku benar-benar tidak percaya kau adalah Gama Cyber!!” ia berusaha berteriak agar suaranya terdengar sampai di telingaku. Aku menangkap dengan samara-samar.
Aku kira aku salah mengenal orang. Dia bilang, Gama Cyber?
DHUAR….
Aku tersentak kaget. Tiba-tiba di depanku ada sebah Reserve Cyber yang luar biasa besar. Ia menembakan pelurunya di udara dan mengheningkan pertempuran kami. Ia memandangku sesaat, dan aku tau siapa dia sekarang.
Ia menatapku, seolah mengatakan “Bisakah kita bicara empat mata?”
Aku aku memandangnya tertahan. Perlahan kuraba Talkie Phoneku.
“Karen Springbell, masuk”
“Karen!! Siapa dia?” Tanya Megan gusar. “Aku sedang bertarung dngan serius nih!! Mau apa dia ke…”
“Tolong tinggalkan aku sendiri dulu. Sepertinya dia ingin bicara” Aku memotong kata-kata Megan. “Bisakah kau cari tempat lain?”
“Meninggalkanmu di sini?” nada bicaranya terdengar kurang enak. “Aku masih ingin bertarung…”
“Sekarang” aku mengakhiri perbincanganku dengannya. Dengan perlahan, semua mulai beranjak dari tempat itu, meninggalkanku sendirian. Sepi yang tersisa, dan hanya terdengar desir angin sekarang.
Aku memandang Reserve Cyber yang berada di depanku tajam. Lalu aku perhatikan kanan dan kiriku. Keyda dan Snow Angelus juga ada di sana. Apakah ia diminta juga untuk tinggal?
Tiba-tiba pintu Reserve Cyber di depanku terbuka. Munculah seorang wanita paruh baya yang menawan dengan kesan glamour dan elegan. Rambutnya yang pnjang dibiarkan tergerai, di hanya mengikat rambutnya sekitar 10 senti dari bawah. Rambutnya pirang panjang, dan ia tersenyum memandangku. Aku tau betul siapa dia. Caroline Charlotte.
“Miss Springbell dan Sir Mathewhanks… bagaimana kalau anda sekalian bergabung dalam diskusi kecil kita?” ucapnya lantang.
Kurasa itu bukan ide yang bagus, namun aku turun memenuhi permintaanya. Keyda juga turun. Wajahnya dingin sedingin es, memandang Caroline tajam.
“Walau aku memakai umpan yang besar, tangkapanku hari ini besar juga…” ia tersenyum simpul padaku. “Bagaimana? Harimu menyenangkan menjadi Gama Cyber?”
Kurasa kupingku mulai rusak.
“Apa maksudmu?” aku bertanya balik padanya. “Gama Cyber? Sang legenda konyol itu?”
“Ah…kau pura-pura tolol ya…” ia menghembuskan nafas prihatin. “Kau jangan memandangku seperti itu… kau pula! Jangan bertatapan tajam begitu. Sesame Gama Cyber ki…”
“Apa yang kau maksud dengan Gama Cyber?” aku mengulang lagi pertanyaanku. “Siapa? Siapa Gama Cyber itu?”
“Kau tidak bisa membodohiku sekarang…” ia tertawa kecil (dan kutau dibuat-buat sekali). “jangan berpura-pura bodoh…”
“Ia tak tau apa-apa” tiba-tiba Keyda berkata tajam. “Urusanmu adalah denganku”
“Maaf?” Caroline mendengar seolah tidak percaya.
“Ia tak tau apaun soal dirinya sendiri” Keyda mengulang kembali kalimatnya dengan tegas. “Urusanmu adalah denganku”
Apa yang mereka bicarakan?
“Keyda!! Apa sih maksudmu?” aku mulai perasa pening. “Aku tidak mengenal diriku sendiri?”
“Aku ingin bertanya padamu” Caroline tiba-tiba mengalihkan pembicaraan. “Kau adalah Gama Cyber. Apa kau tau?”
Aku bengong.
Aku belum menguasai kata-kata itu sepenuhnya.
“Dan kau adalah Reserve Cyber yang menjadi sumber kekuaran Reserve Cyber lain, apa kau tau?”
Aku mulai mual.
Ini tak mungkin terjadi.
“Dan kau adalah penyebab dibalik Perang Selatan sembilan tahun lalu, apa kau tau?”
Perang! Ada apa dengan perang?!
“Jelas?” ia maju menujuku, yang masih tidak percaya apa yang ia katakan tadi. “Jadi jangan berpura-pura bodoh di depanku!!!”
PLAK!
Aku kaget.
Keyda telah ada di depanku. Menerima tamparan keras Caroline.
“Urusanmu adalah denganku” ulang Keyda. Nadanya sudah berbah.
“Kau…” Caroline menatapnya tajam. “Kau menyembunyikannya?”
Aku tak tau lagi apa yang terjadi. Kepalaku sakit luar biasa. Sakit sekali. Seperti ada sebuah memori yang memaksa masuk ke dalam otakku. Ada apa ini?
“Kau tidak memberitaukan apaun? Atau kau tidak mau tau tentang apaun?” Caroline mulai mengambil posisi siaga. “Kau membiarkan ini terpendam selama sembilan tahun?”
“Bukan urusanmu” Keyda juga mulai mengambil ancang-ancang. “Bisakah kau pergi dari sini?”
“Lancang sekali!” Caroline mulai tersenyum sinis. “Baiklah kalau kau ingin memakai cara kasar…”
Dan tiba-tiba hal luar biasa terjadi. Aku kaget.
Caroline mulai mengeluarkan…bukan, seperti magis ia memunculkan kapak superbesar dari tangannya sendiri. Berwarna kuning cerah untuk genggamannya dan logam untuk kapaknya. Di ujungnya terkait tali panjang. Ia hanya menghela nafas dan menancapkan kapaknya ke tanah. “Aku padahal tidak ingin bertarung hari ini”
“Sial” Keyda berucap kesal. Dan aku kembali dibuat tidak bisa berbicara.
Keyda juga ‘memunculkan’ kampa yang besar. Sekali. Berwarna biru gelap dan tali yang disangkutkan padanya. Menurutku Keyda sekarang lebih mirip dengan dewa kemtian modern.
Dan, mereka mengeluarkannya tanpa bergerak sesentipun!!!
Apa-apaan ini?!!
“Jika kau berusaha melupakannya…” Caroline maju dan menyerang Keyda.
TRANG…..
Mereka maju dan saling menghalau.
Dan Reserve Cyber mereka maju TANPA dikendalikan manual oleh mereka!!! Seolah mengerti, kedua Reserve Cyber yang sama-sama berbentuk Pasukan tempur itu bertarung sendiri-sendiri, memakai senjata yang persis digunakan oleh pemiliknya.
Aku ingin pergi dari sini.
“Kalau kau menyembunyikannya, penderitaanya akan makin besar!!” Caroline berteriak lantang. “Karena kitalah kesenjangan itu ada!!”
Tiba-tiba, seperti sebuah ledakan yang dahsyat, aku tersenghur. Nafasku cepat, badanku seperti dihantam, urat dan nadiku seperti ditarik. Aku tak kuat lagi.
“Dan karena kitalah perang itu ada!!”
Hentikan itu…
“Dan karena kitalah oarng-orang tak bersalah merenggang nyawa!!”
Hentikan….
“Dan Karen kitalah harapan lebih dari seribu orang Selatan habis!!”
Tolong berhenti…
“Karena kitalah, orang yang kita sayangi pergi dan menderita!!!!”
“HENTIKAAAN!!!!!”
PRANG!!!
Hening.
Aku menggigil menyadari hal yang terjadi.
Apa yang kugenggam ini? Pedang?
Aku menghalau Keyda dan Caroline.
Dan Hazel Daze menghajar kedua Reserve Cyber lainnya.
Aku berteriak histeris. Aku tersungkur. Aku tidak kuat lagi. Pedang yang kugenggam jatuh berdenting ke tanah. Dan Hazel Daze secara tiba-tiba mengubah wujud menjadi pesawat jet kembali.
Kedua manusia di depanku tidak berkutik.
Apa yang kulihat tadi? Darah, mayat, suara menggelegar, ledakan, hujan, dan….
Seorang bocah kecil. Ya, mencoba menggapai sesuatu dan, dan…
“Dengan begini semua jelas” samara-samar kudengar suara Caroline. “Lebih baik kau mengatakan hal yang sebenarnya padanya. Atau tidak Grand akan mengambilnya…”
Aku mendengar suara langkah kaki menjauh. Aku mendengar Keyda meminta teman-teman untuk menyelesaikan duel mereka secepatnya. Dan yang terakhir kuingat saat aku dibawa oleh Keyda, entah ke mana.
Selanjutnya, hitam.
***


Hye... masuk juga chapter ke 3...

disini inti masalah makin jelas... Karena Karen udah mulai mengetahui rahasia dirinya...

Untuk chapter selanjutnya, ceritanya akan mencapai inti masalah, jadi stay tune yaa...

1 toughts:

Anonymous said...

Caroline itu Genit. Karen kok pingsan mulu ya? Kasihan Keyda nya! Gw tetep ikut UC! Ganbatte!

-Alice Rutherford-

Post a Comment