Pages

Monday, September 20, 2010

Unlimited Cyber Chapter 8


-->
8; Plan
; Markas Angkatan Pusat, 08.26 AM
“Jadi menurutmu…” ucapku melihat kembali kertas-kertas hipotesis Megan. “Jika aku mulai mengingat-ingat lagi kejadian dahulu, kita akan menemukan ingatanku?”

“Kan menurutku!” Megan menjawab canggung. “Yang ku tonton di film-film sih begitu!”

“Hmm….” Aku kembali memandang kertas tadi. “Aku kurang mengerti, jika aku akan datang sendiri ke sana, aku akan mengingat kembali apa yang terjadi, gitu?”


“Kemungkinan!” jawab Megan. Aku tertunduk ragu.

“Tapi ingatanku bukan sekedar ingatan asal-asalan! Ia memegang kekuatan Gama Cyberku loh!” aku berucap sangsi. “Akan aneh jika cara mendapatkannya juga ‘biasa-biasa’ saja!”

“Dan satu kejanggalan lagi…” Megan memandang kertas itu. “Kau baru ribut memperbincangkan ingatanmu baru-baru ini. Apakah menurutmu itu aneh?”

“Aku baru merasakan itu sekarang!” timpalku. “Mungkin…memang aneh!”

Saat aku memberitaukan ini pada Megan, ternyata dia tidak kaget ataupun merasa asing dengan fakta itu. Dia telah tau dari dulu, dari perang itu. Saat aku bertanya akan masa laluku, ia menolak memberitaukannya lagi dan berkilah bahwa aku harus fokus mencari ingatanku. MENYEBALKAN!!!

“Hmm…” ia bertumpu pada tangannya. “Ups! Jam setengah sembilan! Aku kan harus menyerahkan dokumen inspeksi kemarin! Aku pergi dulu ya Karen!” Megan beranjak meninggalkanku. Aku hanya melambai dan tersenyum kepadanya, hingga ia berbalik arah dan mengecil.

***
[pergantian sudut pandang]
“Pffh…” Megan berjalan santai sambil menghela nafas di koridor setelah selesai memberikan laporan pada Letnan Muda Matilda. Jalannya cepat, mengingat masih banyak tugas dan latihan fisik yang belum ia kerjakan hari ini.

Hingga ia melihat Felix dari kejauhan, memandang lurus ke kaca.

“Ngapain bengong di sini, heh!” Megan menepuk bahu Felix. “Pagi-pagi udah bengong aja!”

“Nggak…” ia berkelit. “sekarang sedang jam kosong. Aku hanya melihat kota Archiel dari jauh…”

“Hmmm…” Megan mengangguk-angguk. “Kau itu selalu berbuat hal yang tidak jelas ya! Dasar!”

Tapi Felix tidak mengubris kata-kata Megan. Wajahnya tenang menembus kaca dan memandang matahari pagi, tidak seperti biasanya. Megan tau ada yang tidak beres.

“Eh… apa kau baik-baik saja?” Tanya Megan. “Kau terlihat aneh pagi ini…”

“Tidak apa-apa, kok!” Felix tersenyum. “Jika kau baik-baik saja, aku juga!”

Kata-kata itu!

Megan memandang Felix sangsi. Dari dulu, ia selalu mengatakan itu walaupun sebenarnya ia tidak baik-baik saja. Bahkan saat ia mempertaruhkan nyawanya di tengah semua Reserve Cyber itu, saat ia menghancurkan masa-masa bahagianya, saat ia kehilangan semua yang ia miliki hanya utuk membiarkan seorang gadis konyol ini hidup…

“Baiklah! Aku mau inspeksi hari ini” Felix beranjak. “Semoga harimu menyenangkan!”

“Ya” balas Megan, sadar dari lamunannya. “Jangan berbuat hal bodoh di Inspeksimu ya!”

Felix nyengir, lalu meninggalkan Megan sendirian di koridor itu. Lama-lama ia mengecil, lalu hilang dari pandangan.

Megan memandang Felix lekat. “…sampai kapan aku hanya bisa melihat punggungnya?”
***
[pergantian sudut pandang]
“Jam berapa kita mulai bergerak?” Tanya Saga padaku.

“Sepuluh.” Aku menjawab singkat.

“Ah… aku gamau kita mengalami hal yang dialami Squard Karen…” Felix mendesah. “Mereka ketemu Scar Path Cyber kemarin kan? Semoga kita gak nemu yang aneh-aneh!”

“Setuju…” bisik Bruno lirih. “Lagipula Bumble Line juga belum pulih benar…”

“Key, kau kelihatan pucat pagi ini!” Felix berbisik sambil menepuk bahuku. “Mimpinya lebih parah ya dari kemarin?”

Aku tak menjawab. Ia sudah pasti tau jawabannya.

“Tidak apa-apa… kau kan sudah kuat tuh dengan mimpi-mimpi itu…” Katanya dengan nada menghibur. “Lagipula hari ini kita akan bersenang-senang!”

“Ya” Aku hanya menjawab dengan cepat.

“Oke, bagaimana kalau kita buka pintu pangkalan? Sepertinya hari ini cerah, ya!” Rei menghirup nafas dan membuangnya penuh semangat. “Mero… Mero… Ini Rei Merciel, siapkan pintu pangkalan. Kami akan lepas landas” ucapnya pada Talkie Phonenya.

“Baik” balasnya. Lalu aku segera menaiki Snow Angelus. Aku tak mau berlama-lama pada Inspeksi ini.
***
“Benar-benar membosankan!” Felix bergumam gusar. “Ternyata kalau gak ada hal menarik, malah jadi monoton, ya!”

“Cih, katanya ga mau mendapat hal yang aneh-aneh, sekarang malah protes!” Saga mencibir.

“Yak kan ternyata! Kau kok jadi sewot begitu…” bela Felix. “Udah ah! Mau pulang aja? Key, gimana nih?”

Aku bergeming, hanya melihat reruntuhan wilayah Selatan yang menjadi hamparan padang rumput luas dengan beberapa puing di sekitarnya. Dan akhirnya aku menjawab “terserah”

“Masih mau di sini?” Tanya Bruno. “Yah, memang tidak dipungkiri juga, aku ga mau berlama-lama di sini!”

“Jangan gitu ah!” tegur Felix. “Ini kan kampung halaman kita! Yaudah, kalau gini aku mau turun dulu! Siapa yang mau ikut?” Felix mendaratkan Pentagon Dexa di tanah lapang.

“Aku! Aku! Aku ikut turun!” Rei bergumam. “Yah, walau bukan anak selatan, gapapa lah! Sekalian liat-liat!”

Dan mau tidak mau, kita semua ikut menjejakkan kaki di tanah Selatan. Aku turun dari Snow Angelus dan memandang sekeliling. Semua rata dengan tanah, hanya beberapa pohon yang berdiri tegak. Kawasan kumuh Negara ini ada di sebelah sana, di reruntuhan perang yang masih bertahan. Sisi gelap Negara Servidia ada di sini, yang membawa mimpi buruk kepadaku, dan semua jiwa malang yang selamat dari sini.

“Kan, bengong! Kenapa sih kau selalu begitu?” Felix tiba-tiba ada di belakangku. “Mikirin siapa? Karen, ya?” ledek Felix sambl nyengir. Aku hanya memandangnya dan mendorong pelan kepalanya.

Kami terdiam. Ia memandang tanah lapang ini dengan bungkam, merasakan kembali kejadian sembilan tahun lalu. Aku memandang lurus ke depan, entah kenapa masih membayangkan Reserve Cyber kepunyaan Scar Path Cyber itu mengobrak-abrik rumahku.

“Karen…” tiba-tiba ia membuka diskusi. “…mulai mengingat kejadian itu ya?”

Aku tersadar dari lamunanku. Lalu menunduk penuh sesal.

“Aku tau, saat melihatnya di pangkalan beberapa hari lalu, aku tau ada yang tidak beres…” ia melanjutkan. “Kau berencana memberitaukannya, Key?”

“Tidak” jawabku. “Ia harus mencarinya sendiri.”

“Kabur, ya?” Felix mendesah. “Aku juga akan berbuat apa yang kau perbuat jika aku di posisimu.”

“Bukan kabur atau lari, “ aku membantah. “Namun jika aku yang memberitaukannya, kekuatannya tak akan kembali.”

“Oh iya ya!” Felix menjentikan jarinya. “Ingatannya kan menyimpan kekuatan Gama Cyber ya?” ia cepat-cepat sadar. “Lalu cara mengembalikannya gimana, dong?”

Aku memandangnya lekat, lalu berbisik. “…sebenarnya ia tak perlu mencari, karena ingatan itulah yang mencarinya…”

Terdiam, Felix menatapku tak mengerti.

Aku tak bisa menjelaskan padanya sekarang, masalahnya terlalu kompleks. “Kau akan tau nanti” aku menjawab seadanya. “Aku tak bisa menjelaskannya sekarang”

“Pffh…” Ia mendesah. Lalu mengusap matanya. “Kau tau, aku sudah lama lupa bahwa mata kanan ini tak bisa memandang apapun, sampai aku melihat Karen tempo hari. Dan Megan, aku yakin, sudah melupakkan kakaknya sampai ia melihat Karen sekarang…” ia terdiam, lalu memandangku dengan naas.

“…namun kau, tak melupakan itu barang seharipun, dan malam adalah hal yang menakutkan bagimu…”

“Aku sudah terbiasa” potongku.

“Lari lagi?” bisik Felix. “Ah, pikiranmu terlalu keras, Key! Aku tau kalau sebenarnya kau menjerit dalam hati. Jangan menyembunyikan semuanya sendiri, lho!” ia tersenyum getir. “Aku tak bisa bilang apa-apa lagi jika nanti Karen mendapatkan kenyataan! Kita sudah menyembunyikannya lama sekali... Bahkan saat ia bangun dari kasurnya waktu itu, kita tak bisa mengeluarkan satu potongpun kata mengenai kejadian itu. Jujur, aku…” ucapannya semkin pelan, ia tertunduk dan menyangga kepalanya pada tangannya, bergetar.

“…aku takut Karen dan Megan mengingat lagi kejadian itu…”

Terdiam. Ia bergetar dan berayun-ayun sendiri, seolah-olah setiap ayunannya akan menghapus memori itu. Ia tak ingin mengingatnya kembali, walau ingatan tentang kejadian itu telah terekam sempurna di kepalanya dan terus berputar. Ia juga ingin lari, ingin kabur dari jeratan Perang saat itu, saat malam itu ia mati-matian melindungi Megan sampai garis kematiannya.

Ah, sejujurnya, aku juga takut.
***

; Markas Angkatan Militer Pusat, 08.48 PM
[pergantian sudut pandang]
“Aku pulaaaang…” suara Felix membangunkanku dari lamunanku. Di belakangnya, berdiri keempat Squard-nya. “Apa menu malam hari ini? Baunya tercium sampai sini, lho!”

Megan memandang Felix kesal. Potongan terakhir Potato Wedges meleset saat ia lempar menuju mulutnya karena terkejut dengan suara super-keras-nyaring milik Felix. Ia akhirnya mengangkat nampannya untuk kembali mengambil Potato Wedges tanpa suara dan beranjak dengan kaki didebam-debam pada lantai batu.

“Marah, tuh!” aku mencibir Felix.

“Alah, biasa mah dia marah-marah melulu!” Felix ikut sebal, lalu memeletkan lidahnya ke arah Megan. Megan melempar pandangan tajam pada Felix, lalu membuang muka dengan menghina.

“Sudah ah, lebih baik kita makan dulu, ambil sana makananmu!” ucap Amber dengan nada mengusir. “Kita damai-damai saja di sini sebelum kau datang!”

Destroyer?” Bruno memotong dengan terbata-bata.Lalu melongok menuju nampan kami semua. “Waw! Apakah itu Roti selai Marmalade-Maple? Aku sudah lapar sekali!”

“Ayo.” Ajak Keyda dengan nada datar. Rambut hitamnya yang kacau berkibar saat ia bergerak menuju troli makanan. Satu demi satu teman-temannya mengikuti Keyda di belakang.
Kami memandang mereka yang berbaris di paling belakang. Sesekali tertawa (yang sudah pasti paling mencolok Felix) dan melongok melihat antrian yang panjang. Amber memandangnya penuh hina dan berbisik “Dasar Cowok!”

“Jadi, apa yang kita lakukan untuk melawan komplotan Scar Path Cyber, nih?” Tanya Amy di tengah-tengah makan, bergeser saat Megan kembali dengan setumpuk Potato Wedges pada nampannya. “Kita gak bisa diam saja, kan?”

“Aku heran, mengapa Brigjen merahasiakan ini dari militer, ya? Padahal jika kita melaporkan ini pada kalangan atas, masalahnya selesai!” komentar Sara. Pertanyaannya masuk akal.

Aku terdiam. Sejak tadi aku membayagkan rencana bagaimana cara menarik info lebih banyak tentang Scar Path Cyber sekarang. Kami semua belum cukup info, sama sekali. Jikalau ada, itu hanya sebatas hipotesis tentang ‘Scar Path Cyber kembali’. Bahkan Brigjen Slyder masih merahasiakan hal ini kepada militer. Itu tindakan yang cukup aneh.

“Luang lingkup kita terbatas…” aku berbisik. “Kita tidak bisa bergerak dengan leluasa. Penyelidikan ini akan cukup lama, kurasa.”

“Bagaimana kalau kita mulai pada wilayah Barat kemarin saja? Itu bisa menjadi awal yang bagus!” usul Amber. “Aku berani bertaruh, reruntuhan bekas pertempuran kemarin belum disingkirkan seluruhnya! Jadi kita…”

“…kurasa, kita akhiri saja sekarang…” bisikku. “Banyak mata awas di sini…”

Teman-temanku melongok ke segala arah. Memang, kantin bukanlah tempat yang baik untuk berdiskusi soal ini. Hening, kami melanjutkan suapan-supan terakhir kami.

Megan beranjak tiba-tiba. “Aku selesai! Siapa yang menyusul? Aku balik ke asrama ya!” ucapnya.

“Hoam…aku jadi mengantuk…” Amy menguap. “Tunggu aku Megan! Siapa yang masih banyak?”

“Aku. kalian duluan saja!” aku masih melahap sisa-sisa rotiku tanpa nafsu. “Aku akan ke kamar agak telat, Megan!”

***

Grrryaaaa.... Laptop sang aurthor rusaaakkk....
Karena laptop aruthor sedang bermasalah, jadinya sudah sebulan UC dilepas begitu saja, maaf yah...
kalau bisa, sang aruthor akan ngepst sekaligus banyak aja deh... HIKS... :'(
Selamat baca dan komen yaaa....
Mwd :)

0 toughts:

Post a Comment