Pages

Monday, August 23, 2010

Unlimited Cyber Chapter 7

7; Childhood; Pusat Kota St.Sinai, 12.00 AM

“Pffhhh…..” Amber menghembuskan nafas lega sambil bersender pada Aurora Spam. “Sudah cukup kekacauan untuk hari ini…”

“Setuju!!” Megan duduk pada ekor datar Trigun Bell sambil memandang reruntuhan kota St.Sinai. “Mana seluruh kota hancur begini pula!”

“Karen, kau baik-baik saja?” Tanya Amy tiba-tiba. “Ini tehmu! Apa mau kopi saja?” ucapnya sambil membawa nampan berisi 5 mug teh panas.

“Tidak, terima kasih!” aku mengambil mugku. “Aku hanya terpikir sesuatu kok! Dan tidak penting!”


“Oh…” Amber menyeruput tehnya. “Memang ya, masa remaja kayak kita memang gampang banget banyak pikiran! Dulu saja ya, kalau mau ke luar rumah aku tak perah memikirkan pakaian yang pantas! Sekarang aku harus mix and match baju dulu, baru ketemu tuh baju yang sesuai!! Kadang-kadang itu membuatku stress!!”

“Hmmm… kau sih disibukannya sama tumpukan baju-baju norak itu!” cibir Megan. “Memangnya tak bisa kau pakai baju yang normal-nornal saja?”

“Hei, jangan menyulut pertengkaran deh!” Sara menengahi mereka berdua. “Sekarang yang pasti…”

“Aduh!”

Kami mendengar suara, dari arah Reserve Cyber kami. Dengan cepat kami berbalik badan ke arah sumber suara.

“Tidak!!! Kita ketahuan!!! Kabur!”
“Ayo! Ayo! Eh, Rok aku nyangkut….”
“Ah kau ini!! Bikin repot saja!! Tarik saja! Tarik saja!!”
“Jangan!! Jangan! Nanti robek! Jangaaan…..”

“Hei yang disana!” Megan tiba-tiba berteriak nyaring. “Kau, yang kecil itu, ngapain main-main di sini?”

Ada anak-anak kecil yang sedang bermain di antara Reserve cyber kami. 3 anak kecil.

“Kan!! Kita ketauan!! Kaburr…. Hweee…” salah satu anak lelaki menarik teman perempuannya, namun rok anak perempuan tadi tersangkut di Hazel Daze.

Aku mendekati mereka. Mereka gemetaran dan berusaha kabur dariku. Aku tersenyum kepada mereka.

“Tenang, aku tak akan memakanmu kok!” aku berucap lembut. “Siapa nama kalian?”

“Ehh…eh…” Salah satu anak lelaki berambut ikal hitam berucap terbata-bata. “Kami tidak melakukan apaun, sungguh! Kami hanya menyelinap sebentar dari bu Rossy dan melihat Reserve Cyber kalian yang…”

“Kami tak akan menangkapmu, manis!” tiba-tiba Amy telah berlutut di sampingku. “Katakan, namamu siapa?”

“Aku, ahh…” anak lelaki tadi menunjuk dirinnya sendiri. “Aku Basil, Ini Steve, dan yang roknya tersangkut ini Cynthia. Kami Cuma melihat-lihat sebentar kok, sungguh! Setelah ini kami akan kembali kepada Bu Rossy dan mengikuti pelajaran…” ia berbicara tanpa henti seakan melakukan sebuah kejahatan tak termaafkan.

“Hei, bisa bicara yang tenang sedikit tidak?” Megan melihat mereka bingung. “Bicaramu terlalu cepat! Aku tak mengerti!”

“Begini…” ucap gadis yang bernama Cynthia. “Saat kami sedang makan siang di pantai, kami melihat Reserve Cyber kalian bertarung! Aku sampai tak bisa melahap Sandiwch super-besar-legit ibuku, dan aku memutuskan untuk mengajak teman-temanku ke sini…”

“Aku yang mengajaknya, kok!” Sela Basil. “Karena itu, hukum aku saja ya! Benar, yang mengajaknya aku, aku tidak bohong!”

“Aku yang mendekat!” timpal Steve. “Jadi kakak tak perlu menahan Basil atau Cynthia, aku saja yang dihukum!!”

Aku dan Amy saling pandang.

“Duh!” aku tertawa geli. “Kalian ini benar-benar ingin tau ya! Dimana gurumu? Biar beliau yang memberikan hukuman pada kalian!”

Ketiga anak itu menunjuk kompak ke arah pantai.

“Baiklah! Amy, bisa jemput Ibu Guru mereka? Aku rasa sekarang beliau sedang panik mencari kalian!” ucapku memandang ketiga anak itu. Mereka tertunduk murung.

“Nah, jangan suram begitu dong!” Sara tersenyum pada mereka dari kejauhan. “Sini, kita minum teh bersama!”

Kedua anak itu maju perlahan, duduk di antara kami.

“Enak ya…” bisik Basil tiba-tiba, menatap tanah berdebu. “…kalau kami keturunan Reserve Cyber…”

Aku dan yang lain saling pandang.

“Pasti sangat menyenangkan…” ucapnya lagi, masih memandang tanah dengan mata gelap. “Bisa menghajar anak-anak yang nakal, bisa membantu desa kami menghajar perompak, dan menumpas kejahatan…. Sungguh curang jika orang yang jahat punya Reserve Cyber…”

“Ah, sudahlah!” Megan menepuk bahu Basil. “Tanpa Reserve Cyberpun, kalian bisa menumpas kejahatan kok!!”

“Tak cukup sulit menemukannya” teriak Amy tiba-tiba dari kejauhan. “Lihat, ini ibu guru mereka!!”

Aku beranjak. Terlihat Seorang perempuan muda dengan rambut dijepit berlari. Roknya yang panjang sebetis berkibaran, begitu pula rambut pirangnya. Di belakangnya terlihat kurang lebih selusin anak kecil ikut menyusul sang guru, berlari-lari kecil.

Basil, Steve dan Cynthia ikut berdiri. Mereka langsung menyongsong sang guru, dan menunduk. Ibu guru itu berhenti pelan-pelan di depan mereka, mengatur nafas karena habis berlari. Anak-anak yang lain terpana memandang Reserve Cyber kami.

“Maafkan kami, kami menyesal!” ucap mereka serentak.
“Kalian tau kan hukumannya membolos?” Tanya sang guru, mendelik kepada mereka.
“Maafkan kami, bu Rossy…” melas mereka bertiga. “Kami hanya ingin melihat Reserve Cyber dari dekat…”

Bu Rossy memandang mereka sangsi, lalu mulai tersenyum lagi. “Baiklah, seperti biasa hukumannya adalah tidak istirahat selama 2 hari dan mengerjakan tugas tambahan… bagaimana jika ibu berikan hukman pejumlahan lagi?”

Mereka mengangguk pasrah.

“Maafkan mereka ya…” ia menunduk dalam padaku. “Mereka penuh rasa ingin tau yang besar…”

“Ah, tak apa!” aku tersenyum. “Biasa, namanya juga anak kecil…”

“Terima kasih. Sedang bertugas?” tanyanya ramah, sementara anak-anak lain mengerubungi Reserve Cyber kami.

“Ya begitulah!” aku mendesah. “Maaf, telah membuat kota anda rusak seperti ini…”

“Tidak apa-apa kok!” ia memandang sekeliling. “Asalkan saja sang pengacau bisa pergi dari kampung halaman kami, itu tidak masalah…”

“Tenang, untuk sementara ia tak akan mengacau lagi…” ucapku.

“Saya melihat anda meliuk-liku dengan hebat, mengeluarkan senjata dan merubah pesawat-pesawat tadi hanya dengan sekali hantam. Sejujurnya saya dan anak-anak terkesan sekali dengan kemampuan Militer Reserve Cyber… sungguh luar biasa…” dari nadanya terdengar bahwa ia terkagum-kagum. “…bahkan robot yang berbentuk paus itu dapat berputar layaknya paus pembunuh asli…”

“Ah, anda melebihkan!” aku tersenyum senang. “Lagipula, anda juga menjadi guru TK yang hebat!”
“Terima kasih kembali! Sepertinya sudah saatnya kami pamit! Terima kasih sekali lagi!” ia menunduk. Lalu mengumpulkan koloninya yang sedang diajak berputar-putar bersama Amy di dalam Saxon Earls layaknya tur. Aku melihat mereka, main kecil dan jauh.

“Kakaaaak…..” tiba-tiba Basil berteriak nyaring. “Siapa nama Kakak?”

“Ah, aku?” tanyaku, meunjuk diriku sendiri. “Karen! Karen Springbell!!” jawabku, balas berteriak. “Kapan-kapan naik Reserve Cyber bersamaku yaa…”

Basil, Steve dan Cynthia tersenyum memandangku dan melambaikan tangan mereka pada kami, lalu menyusul kembali kelasnya yang telah jauh.

“Anak-anak yang baik!” Sara nyengir melihat mereka. “Seperi ini ya masa anak-anak! Aku saja sudah lupa bagaimana rasanya!”

“Kita kan perang saat umur segini” sela Amber. “Tidak ada nih yang namanya piknik di pantai!”

***

; Markas Angkatan Pusat, 16.30 PM

“Lihat Key?” ucapku cepat kepada Saga yang sedang membawa setumpuk dokumen.

“Selalu dia yang kau tanyakan Karen!” ia beringsut kesal. “Aku sedang membawa kertas dokumen ini nih!! Tak bisa pelan-pelan apa?”

“Maaf deh, “ aku meminta maaf dulu dengan cepat. “Sudah, dimana Key sekarang? Aku ada perlu dengannya!!”

“Hmmm….” Ia berpikir sebentar. “Uh, mungkin… ada di Gardu depan? Tadi aku melihat ia masih bekerja…”

“Makasih!” aku melesat cepat meninggalkan Saga, yang melongo heran.

Dengan cepat kugerakkan bola mataku menyapu seluruh Gardu depan. Dan di ujung terlihatlah Key yang kelihatannya asik mengotak-atik onderdil -yang mungkin-dari Snow Angelus.

“Key! Kita butuh bicara!” aku dengan cepat menyambar tangannya, yang sedang menggenggam tang berlumuran oli.

“Begini…” ucapku sambil bercelinguk, mencari orang yang mungkin saja mendengar kami berbicara. “Saat inspeksi tadi, aku bertemu dengan salah satu orang dari Scar Path Cyber dan…”

“Bisakah kau mengatakannya nanti?” balasnya padaku. “Ini jam kerja”

Aku tersadar. Denga cepat aku nyengir bersalah.
“Eh… baiklah, malam ini saja? Di Tempat Reserve Cyber?”
“Hm” ia mengangguk setuju. Lalu ia menarik tanganku keluar koridor kosong dan melambaikan tangannya padaku.


***

Malam ini pangkalan Reserve Cyber sungguh kosong.

Aku melihat-lihat puluhan pesawat Jet yang berbaris rapih di pangkalan. Semuanya adalah Reserve Cyber, semua. Aku menunggu Key datang. Malam ini aku akan memberitaukan kejadian tadi siang, saat sesorang dari Scar Path Cyber datang dan mengancam aku dan Keyda.

“Oh, datang juga… itu mug dan teko berisi apa?” tanyaku, walau aku tau apa isinya.

“Teh” jawabnya singkat, lalu meletakkannya di meja yang ada di depanku. Menyuruhku duduk. “Ada apa?”

“Begini…” aku menuangkan teh pada mug-ku dan Keyda. “Tadi saat inspeksi kecil di Barat, ada seorang Reserve Cyber yang menyerang kota St.Sunai…” Cairan coklat bening meluncur dari mulut teko, tertuang pada mug-ku. Aku meletakkan teko dengan halus.

“Dan ternyata dia adalah Scar Path Cyber…” bisikku. Keyda langsung menghentikan minumnya.
“Dia datang?” tanyanya.


“Yap” ucapku, menyeruput tehku. “Dia mengacaukan kota dengan ‘bala tentara’nya yang sangat menyebalkan…”

Keyda bergeming. Lalu ia meminum tehnya hingga habis, dan menuangkan kembali teh dari teko ke mug-nya.

“Ia tau namaku, dan ia juga berkata tentang ibuku…” aku berbisik. “Katanya, ia melihat ibuku hingga beliau meninggal…”

Key menatapku datar dan tajam tanpa berkata ada-apa. Ia meminum tehnya hingga setengah.
“Dan ia juga berbicara tentang ‘Tuan Grand’…”


TUK!

Tiba-tiba Keyda meletakkan Mugnya. Memandangku tajam.

“Tuan Grand?” ucapnya.

“Ya,” aku menjawab heran. “Katanya, Tuan Grand membutuhkan kita… begitu deh! Saat kutanya detailnya, ia tak mau menjawab…”

Pandangannya berubah dari yang datar menjadi serius. Dengan cepat ia meneguk tehnya hingga tetes terakhir dan menuang teh kembali. Ia bersender pada kursi.

“Membutuhkan kita?”

“Ia bahkan tak membunuhku!” aku menyatakan fakta aneh. “Ia juga sangat menjaga agar aku tak terluka. Cukup dengan bertarung saja!”

Ia memicingkan matanya kepada Tehnya, lalu menyeruputnya.

Aku memandangnya penasaran. Ada apa dengan si Grand itu?

“Kenapa sih? Siapa si Grand itu?”
Keyda mendesah. Ia meminum lagi tehnya hingga habis, dan menuang kembali tehnya pada mug-nya. Mukanya berubah keras. “Ia dalang perang Selatan…”


Aku kaget.

“Siapa? Dalang? Yang mulai? Si api penyulut?” kata-kata meluncur deras dari mulutku. “Grand? Ceritakan lagi! Ceritakan lagi!”

Ia menyeruput tehnya hingga tak bersisa. Lalu meletakkan mug-nya pada meja, memandangku, yang sangat penasara dengan ceritanya. “Sayangnya aku tidak bisa mengatakannya. Terkait masa lalumu.”

“AAAKKHH…. Lagi-lagi ituu…..” aku mengepalkan tanganku kesal. “Ingatan lagi!! Ingatan lagi!! Apa aku benar-benar tidak bisa mengetahui apa-apa jika aku belum bisa ingat kembali, hah?”

“Memang” ia menuang lagi tehnya.

“Setidaknya, ceritakan hal yang perlu kuketahui sekarang dong!!” aku protes. “Kan aku tidak bisa hanya diam di sini dan pura-pura tidak tau apa-apa!”

Aku memasang wajah serius. Ia memandangku.


“Yang pasti,” ia membuka cerita. “ia adalah orang yang menginginkan kekuatan lebih dari alam tersebut. Dan memulai memusnahkan orang-orang Selatan demi maksudnya tersebut.”

“Jadi?” aku belum mendapat akhirannya.

“Saat itu ia turut mengincar Gama Cyber terdahulu…”

BRAK!!

“Dasar keparat…” aku menggebrak meja dan berdiri. “Ia mengincar kami, dengan membunuh semua orang Selatan?!”

Keyda tak memberikan reaksi yang aneh. Hanya mendesah dan meletakkan mug-nya yang kosong pada meja. Memiringkan teko dan mengarahkan moncong teko pada mulut Mug.

“Lalu, apa yang terjadi pada Gama Cyber terdahu…”

“Ingatanmu yang puya” selanya.

Aku tertunduk. Lalu dengan perlahan duduk, mengambil mug-ku dan menyeruput sisanya, yang ada di dasar mug.

“Aku kesal…” ucapku muram. “Sekarang, apakah ia juga mengincar kita?”

“Tidak tau” jawabnya singkat. “Belum ada bukti”
“Begitu…” ujarku kecewa. “Sepertinya ini akan panjang… aku juga janggal dengan kehadirannya dalam inspeksi…kau tau, mengapa ia bisa tau aku inspeksi di wilayah Barat ya?”


“Bisa berpatroli, bisa dengan pelacak, atau…” ia berhenti sebentar, memandangku serius dan lekat.

“…orang dalam…”

“Ah! Itu kan tidak mungkin!” aku menyela langsung mengibas tanganku. “Tak ada Scar Path Cyber di dalam sini, semua sudah diselidiki bersih!”

Ia mengangat bahu. Lalu menghabiskan teh (mug kelimanya) sampai tandas tak bersisa. Lalu ia menggoncang-goncangkan teko. “Habis. Berarti perbincangan kita selesai. Jangan lengah, siapa tau ada orang yang mendengar pembicaraan kita”

“Bagus, aku sudah mau tidur!” kataku segera berdiri dari situ. “Sampai jumpa besok pagi, Key!”
Ia hanya mengangguk sambil membawa kembali mug-mug dan teko ke dapur, tanpa ekspresi. Aku memandangnya hingga jauh dari pandangan, prihatin.


Apa yang terjadi di Perang Selatan sehingga membuat Keyda berwajah keras seperti itu?

***

Pffh... selesai juga chapter ke 7...
makasi ya yang sudah baca dan komen-komen sampe sini... kita seneng banget...
Dari kemarin sang aruthor stres bukan kepalang ngedit UC, soalnya chapternya banyak yang menyimpang dan ada 3 Chapter yang kurang... Huh, merepotkan... -__-

Dari sini, jangan sampai kehilangan alur cerita ya! Karena udah mulai kompleks, dan akan sulit jika nggk ngikutin dari awal! Kita juga berusaha sekuat tenaga membuat editan yang BAIK dan BENAR sesuai dengan konsep KEBLOG-AN, mohon dukungannya!

Last note, Thanks!
-Mwd :)

2 toughts:

Anonymous said...

KAPAN CHAPTER 8 NONGOOOOOL....
PEMBACA KECEWA NIH....

-piiiip-

Anonymous said...

chapter 8!!! AYO DONG NONGOL! KEYDA! KAREN!

-ALICE RUTHER-

Post a Comment