Monday, November 15, 2010
Unlimited Cyber Chapter 11
11. Library
; Perpustakaan Nasional, 10.22 PM [pergantian sudut pandang]
“Eeerrh…” Amy kembali mengacak-acak lemari yang ada di depannya. “Yang ada di sini cerita tentang perag lainnya… huaaa…”
“Sama sekali tak ada? Beneran?” tanya Amber pad Amy. “Di sini juga nihil! Haduh… payah!”
“Percuma ya kita datang ke sini?” Megan mendesah dengan nada sesal. “Kita juga belum membuat laporan tentang patroli petugas lapangan! Tugas kita menumpuk!”
“Pulang? Atau…”
“Tunggu…” aku memotong kata-kata Amber. “Ini ada buku yang menarik!”
Yang lain saling memandang dengan heran. Aku mengambil buku itu dengan perlahan. Buku itu sudah lapuk. Lembarannya rapuh, berjamur dan menguning sempurna. Di sampulnya tertera huruf huruf dan simbol yang tidak jelas dan melingkar-lingkar, namun tertulis suatu kalimat (yang masih bisa kami baca) ‘Musuh-musuh yang akan memusnahkanmu, lanjutan’. Buku ini mengingatkanku akan buku catatan nasionalisme yang berusia puluhan tahun di museum Nasional Servidia, dilapisi kaca dan dilengkapi tahta emas.
“Ini?” Amber memandang sangsi. “Ini apa?”
“Buku lah!” aku mencibir. “Lihat tulisan depannya!”
“Kau bisa baca tulisannya? Aku yang baru lihat sedetik saja langsung pusing!” ucap Sara. “Ini apa sih?”
“Tak tau, tapi aku tertarik dengan kalimat ini!” aku menunjuk tulisan yang ada di depanku. “Kayaknya ini bisa jadi harapan!”
“Ayo jangan bercanda dan lanjutkan aja pencarian kita!” Megan beranjak dari tempatnya berada.
“Aku serius!” ucapku sungguh-sungguh. “Seperti ada sesuatu yang membuatku tertarik akan buku ini…”
“Lalu, cara kau membacanya?” tanya Amy sangsi. “Kau bisa menerjemahkannya?”
“Entah!” aku mengangkat bahu. “Yang penting aku selamatkan dulu buku ini, sebelum diambil orang lain”
“Siapa yang mau baca ini buku?” Amber mencela. “Palingan kalau buku ini ditemukan, petugas perpustakaan akan membuangnya!”
“Hmmm…” aku mengambil buku itu.
Hingga aku berpapasan dengan seseorang.
“Eh? Ada kau di sini?!” teriak Megan dari kejauhan.
“Lah?! Kau juga ngapain di sini?!” Felix memekik kaget.
Semua Squard Keyda ada di sini, sedang mengacak-acak lorong perpustakaan, dua lorong di samping kami. Buku-buku berbagai jenis betebaran dan tergeletak di lantai, sementara mereka tenggelam di dalam buku itu.
“Kalian…” aku menerka-nerka apa yang sedang mereka lakukan. “…mencari apa ya?”
“Rahasia! Kalian juga sedang apa?” tanya Saga ketus.
“Clasificated! Mau tau aja!” balas Amy. “Sudah Karen, setelah kau selesai meminjam buku itu kembali lagi secepatnya ya!”
Aku mengangguk, dan,
GUBRAK!!
Aku tersandung buku yang tergeletak di depanku, tebal dan besar. Semua reflek bangkit dan mencoba menolongku, namun aku menolak. AKu nagkit dan mengusap-usap pinggangku yang nyeri. Buku yang aku pegang terpental jauh dan mendarat di kaki Keyda. Ia memandang buku itu dengan tatapan tajam, lalu memungutnya. Dibacalah sampulnya.
“Bruno, kemari” Keyda memanggil Bruno serius. Kami tiba-tiba terdiam. Aku memandang teman-temanku, berharap mendapat jawaban apa yang sedang terjadi di sini. Bruno mendekati Keyda canggung. Ia menerima buku itu dan setelah membaca sampulnya, ia memekik.
“Ini lanjutannya ya?!” ucapnya berteriak.
Kami para perempuan saling pandang dengan heran.
“Kalian dapat dari mana?” tanya Bruno dalam hysteria. Aku hanya memandang kelima temanku dengan tatapan curiga.
“Dari sana. Rak kelima. Ada apa?” tanyaku penasaran.
“Err…” Felix mengeluarkan sebuah buku dari tasnya yang besar. Buku yang aku tau itu apa. Buku yang sama persis dengan buku yang aku ambil, menguning dan lapuk. Segera aku mengerti mengapa mereka memekik, karena aku juga memekik begitu mereka mengeluarkan buku usang tersebut.
“Itu buku yang sama?” tanyaku.
“Bukan, jilid pertamanya” ringis Felix. “Kebetulan sekali ya!”
“Kalian dapat dari mana?” tanya Sara heran. “Kok bisa bisanya ada di sini?”
“Dari arsip militer! Kenapa?” tanya Felix sambil memberikan buku itu pada Keyda. Ia langsung menjejerkan dua buku tersebut dan membalik-balik halamannya.
“Arsip Militer?” Sara tak mengerti. “Kok bisa ada di sana?”
“Kami juga tidak tau! Kami hanya mengambil apa yang menarik menurut kami!” jawab Bruno. “Kok bisa terpisah jauh ya? Apa buku ini tidak ada cetakan ulangnya?”
“Aku pikir sih tidak.” Aku menjawab. “Aku mengambil buku ini karena symbol yang tertera di sini sama dengan symbol yang ada di reruntuhan Reserve Cyber-nya Scar Path Cyber!”
Yang lain tampak terkaget-kaget mendengar itu.
“Kau tidak bilang!!” proter Megan. “Aku saja tidak menyadarinya!”
“Kalian menyelidiki reruntuhan Reserve Cyber di St.Sinai ya?” tanya Rei. “Kalian tau arti symbol itu?”
“Tidak” aku menggeleng. “Hanya sekedar melihat saja.”
“Apa ada barang bukti atau petunjuk lain?” tanya Rei kembali. Aku menggeleng dan membuka buku catatan yang ada di kantongku.
“Yang kami dapat cuma kesaksian dari penduduk sipil bahwa barang bukti telah diambil oleh penduduk tidak mampu…”
“Kalian menyelidiki dari arah mana mereka datang?” tanya Rei tiba-tiba.
“Eh?” aku mencelos mendengar pertanyaan itu. “Kami tak terpikir sampai sana! Eh, dari mana sih arah mereka datang?” tanyaku pada keempat temanku.
“Kalau tak salah sih, dari Selatan…” pikir Sara sebentar. “Karena kesaksian penduduk kemarin begitu…”
Selatan?
“Berari mereka berasal dari Selatan ya?” tanya Amy sambil membereskan buku-buku yang berceceran di lantai.
“Mustahil” jawab Bruno. “Kami melakukan patroli lapangan di sana tempo hari, dan tidak ada apa-apa di sana!”
Kami mulai terdiam, membuat hipotesis-hipotesis kecil dalam pikiran kami masing-masing. Diman masrkas mereka berada?
“Lebih baik,” Keyda memecah keheningan. “...simpan buku ini dan kita pergi ke Selatan”
***
; Markas Angkatan Barat, 12.18 AM
[pergantian sudut pandang]
“Kolonel Luna Hyde” aku memberi hormat kepada Brigjen Slyder sambil membawa dokumen yang berhasil kami kumpulkan selama ini.
“Ada perkembangan terbaru?” tanya Brigjen kepadaku. Aku menggeleng.
“Hanya ini kemajuan yang kami dapat” ucapku memberikan dokumen kepada Brigjen. “Sepertinya mereka bergerak dengan leluasa dan mencolok sekali.”
“Begitu?” tanya Brigjen. “Apa ini? Karen dan Keyda?”
“Mereka mengambilnya dari pusat Forensik di markas Selatan” jawabku. “Hanya mereka yang diambil dokumennya.”
“Untuk apa ya?” Brigjen berpikir-pikir sambil menggeretakkan jari-jari tangannya. Kuku-kukunya beradu dengan kayu meja, membuat suara grutuk…grutuk…yang keras.
“Luna…” Brigjen tiba-tiba memanggilku, tajam. “Apa kau masih mengingat kejadian yang ada di Lab tersembunyi Scar Path Cyber?”
Aku tersentak mendengarnya. “Kenapa?”
“Itu bisa menjadi petunjuk untuk membantu kita” ia menjawab. “Kita bisa tau apa yang mereka inginkan”
Aku mencoba mengingat-ingat. Ah, sudah lama sekali.
“Yang paling pertama kuingat adalah saat aku bangun dari kotak itu…” aku mulai memutar otakku menuju masa lalu. “Dan saat aku kabur bersama Spindle Swan dan bertemu dengan anda, saya…”
Aku mencoba mengingat-ingat lagi. Aneh, aku benar-benar sudah tidak ingat akan kejadian di saat aku masih ada di Lab tersembunyi Scar Path Cyber. Memang, masih tersisa sebagian dari ingatanku, tapi mencoba mengingat kembali adalah hal yang buruk.
“Saya lupa” akhirnya aku menjawab dengan jujur.
“Begitu?” Brigjen menghembuskan nafas berat. “ Jika berat, lebih baik dihindari saja”
Aku menatap lantai dengan sangsi. Mencoba mengingatnya kembai? Jangan konyol! Aku saja sudah berusaha melupakannya!
“Akan saya usahakan…”
“Jika berat untukmu, aku sudah mengingatkanmu…” tiba-tiba tatapa Brigjen menjadi tajam, menatapku penuh dengan wanti-wanti.
“…jangan mengingatnya.”
***
; sudut kota Mary Ranger, Timur, 12.20 AM
[pergantian sudut pandang]
“Hey Mary! Itu kan jatahku!” teriak Trusty marah. Mary (yang sekarang tealh menelan sosis itu dengan cepat) hanya nyengir dan berkata “maaf…”
“Kau itu selalu mengambil jatah makanan orang lain!” Trusty duduk di sampingku sambil beringsut marah. “Sekarang aku tak punya uang lagi untuk membeli lauk, tau!”
“Sudah, makan dulu saja sama kentangmu!” ucap Barbara sangsi. “Aku juga, menu makan siang hari ini hanya roti tawar dan telur!”
“Leader tidak makan siang?” tanya Mary dengan mulut penuh sosis dan tomat.
“Tidak tau, dari kemarin makannya selalu telat!” jawab Barbara. “Saat aku ajak makan siang, ia hanya mengatakan ‘makan duluan dulu’ dan selalu begitu!”
“Kemarin juga ia tidak ikut menyusun rencana untuk melakukan penjarahan Unname berikutnya!” komentar Trusty.
“Padahal poster pencarian orang dengan muka kita telah menjalar sampai Selatan! Kita harus membuat rencana yang lebih matang!”
“Mungkin karena pertemuan dengan Gama Cyber tempo hari?” tanyaku mengutarakan pendapat.
Trusty, Barbara dan Mary menghentikan makan siangnya.
“Kemarin itu tidak terduga sekali ya…” Mary berkata pelan, memandang Sandwich Tomat dan Keju-nya yang penuh gigitan. “Aku bertemu dengan Karen Springbell… Hazel Daze-nya sungguh mengagumkan…”
“Aku juga bertemu dengan Keyda Mathewhanks. Dan jujur, Snow Angelus-nya benar-benar hebat! Saat ia ReTransform, aku tidak percaya ia bisa merubahnya menjadi prajurit tempur seperti itu!” aku menerawang, mengingat lagi pertemuanku dengan Gama Cyber itu. “Orangnya juga tak terlalu buruk! Saat ia menarik kendali dan berusaha menghindariku, gerakannya benar-benar akurat! ”
“Hooo…memang ia ganteng ya?” Barbara langsung beringsut mendekatiku. Wajah centilnya kembali diperlihatkan. “Seperti apa sih?”
“Kau itu langsung bergerak cepat begitu mendengar kata-kata ‘orang ganteng’ ya! Menyebalkan!” Trusty melahap kembali telurnya sambil mencemooh Barbara.
“Peduli amat! Maggie, ceritakan dong ia seperti apa!” Barbara tidak mengubris oceha Trusty dan memfokuskan diri padaku. Aku hanya geleng-geleng kepala.
“Ah… yang penting aku sudah kenyang dan selesai makan… aku mau menengok Leader dulu ya…” Mary beranjak dari kursi piknik yang ada di taman kota dan beranjak menuju Hopping Bunny, Reserve Cybernya.
Aku kembali memikirkan Leader. Terbesit dalam pikiranku ingin membawakannya Sandwich Strawberry Jelly Peanut kesukaannya.
***
Fiuuu... Selese juga Chapter 11...
Makasi ya, yg sudah dengan setia datang berkunjung dan membaca cerita abalan ini... Tunggu saja Chapter selanjutnya, ya... ohya, yg ngunjungin, komen napa... soal'a kyknya gada yg komen...
Sekali lg, ありがとう...
Mwd :)
1 toughts:
mau baca kelanjutannya....
hweeeeeeeeeee....
qrn
Post a Comment