4; Truth ;Angkatan Pusat Militer, 08.00 AM [pergantian sudut pandang]
“Ah! Letnan Muda Vermouth!” Brigjen Slyder tersenyum. “Kau datang saat aku ingin mengambil jatah kopiku! Waktuku agak tersita dengan tugas anak Selatan beberapa detik yang lalu…”
“Tapi ini PENTING!!!” Letnan Muda memaksa. “Laporan tingkat satu!”
“Hmm” Brigjen mengambil dokumen itu. Dengan cepat ia membaca halaman demi halaman.
Namun tiba-tiba tatapannya berubah tajam.
“Kolonel Hyde, “ tiba-tiba ia memanggil Kolonel. “Bisa memulai mengidentifikasi laporan ini terlebih dahulu?”
“Saya?” Kolonel sedikit kaget. Ia mengambil dokumen dengan ragu-ragu. “Apa yang…”
Kolonel memandang mata Brigjen Slyder. Ia mengerti.
“Baiklah, saya akan memberitau isi laporan secepatnya”
***
Sore ini aku tersentak di kamarku.
“Awuh…” aku mengusap kepalaku perlahan. “Apa yang sedang terjadi….”
“Nah, bangun juga nih anak!” Megan tersenyum di ambang pintu. “Bagaimana, sudah baikan?”
“Ah! Apa yang sedang terjadi?” aku menggeleng-gelengkan kepalaku. “Apa aku ketinggalan sesuatu?”
“Hmh, tidak sih” Megan berpikir sebentar. “Palingan saat kami datang ke tempatmu, kau sudah terkulai tanpa tenaga! Enak ya, tidar-tiduran sementara kita menghajar Unname habis-habisan!”
“Oh!” Aku memandang ke jendela sebentar. Jadi yang tadi itu bukan mimpi?
“Lalu, Keyda bicara apa soalku?” aku duduk di kasurku.
“Hmm…katanya sih kau dihajar Caroline!” ia berpikir sebentar. “Dan lalu ia pergi deh!”
“Dia tidak bicara tentang apa-apa lagi?” aku penasaran.
“Tidak! Lagipula kau tau Keyda seperti apa kan?” Megan mulai beranjak. “Sudah ya, istirahat dulu saja di sini!”
“Tidak ah!” aku bangkit sambil membetulkan kaosku. “Mana seragamku?”
“Heh? Sudah baikan nih?” Megan pergi menuju kursi di dekat jendela dan menarik seragamku. Lalu menyerahkannya kepadaku.
“Ya! Kurasa aku bisa kembali ke rutinitasku sekarang!” ucapku sambil menyambar seragamku.
“Hoo…lalu habis ini?” Megan berjalan ke ambang pintu, menungguku selesai berbenah.
“Aku ingin memastikan sesuatu.”
***
“Kemana sih anak itu?! Bahkan batang hidungyapun tak kelihatan!” aku mendengus kesal sambil berjalan cepat di koridor.
“Buru-buru amat mba!” tiba-tiba ada Bruno dan Rei di belakangku. Rei membawa roda gigi Reserve Cybernya sementara Bruno membawa tumpukan kertas yang banyak. Wajahya hampir tak kelihatan ditutupi oleh tumpukan buku dan kertas itu.
“Hey!” aku memandang sekeliling. “Lihat Key?”
Kedua teman itu saling berpandangan.
“Entahlah!” Bruno berpikir sebentar. “Tadi sih ia keluar kantor dengan membawa tumpukan kertas bekas!”
“Oh begitu! Terima kasih infonya!” ucapku terburu-buru dan meninggalkan kedua temanku itu yang muka heran.
Aku berjalan cepat sepanjang koridor, berbelok kiri dan kanan dan menaiki tangga alumunium menuju satu tempat.
Atap militer Reserve Cyber.
Gemuruh angin menderu-deru di telingaku, membawa berbagai matrial yang diwariskan dari daratan, meniup rambutku kencang. Suara anak-anak bermain layangan sayup-sayup terdengar di telingaku, dibawa angin pula. Matahari sudah ingin pulang, terlihat jingga dan merona. Aku memandang sekeliling.
Dan tak sulit menemukan Keyda. Ia duduk tenang di ujung, menggores-gores grafit pada kertas yang disangga buku tebal. Ia duduk di atas kotak perkakasnya, dan tepat di sampingnya terlihat kumpulan kertas tebal, ditahan oleh kunci Inggris agar tidak terbang dan memencar.
Aku mendatanginya perlahan. “Kalau gak di sini, pasi di bukit…” Aku melonggo sebentar ke arah kertasnya. Terlihat gambar beberapa anak sedang bermain layangan, mirip dengan obyeknya yang sedang bermai layangan di belakang markas Reserve Cyber. “Waakh…. Luar biasa! Kapan sih kau belajar gambar?”
Ia tak menjawab pertanyaanku. “Ada perlu apa?” ujarnya tanpa mengubah pandangannya sedikitpun, seakan ada mata di punggungnya.
Aku menghela nafas. Aku tau, ini mungkin terlalu cepat.
“Aku minta penjelasanmu” ucapku lirih namun tegas.
Ia terdiam. Perlahan tangannya berhenti mengores grafit, meletakkan benda-benda tersebut pada pahanya. “Tentang?”
“Gama Cyber, tentang apa yang terjadi kemarin, tentang ini,” aku mengeluarkan kalungku. “…dan masa laluku…” aku mulai membuka perbincangan. Entah apa yang akan aku dengar setelah ini, aku sudah tak perduli. Aku ingin tau apa yang terjadi, secepatnya.
Keyda beranjak dari tempatnya berada. Menatapku seakan aku adalah tahanan yang tak boleh bergerak sesentipun. Aku menelan ludah.
“Kau tau Gama Cyber?” ia mulai bertanya padaku.
“Legenda para pendahulu Reserve Cyber, yang mempuyai kekuatan terbesar dan mengendalikan keseimbangan Reserve Cyber di dunia…”
“Itu bukan legenda” ia memotong pembicaraanku. “kau, adalah Gama Cyber”
“Maaf?”
“Kau adalah Gama Cyber” ia mengulang kata-katanya lagi.
Aku masih tidak menguasai kalimat itu.
“Itu seperti tidak masuk akal…”
“Ini kenyataan” ia mendekatiku. “Dan kau harus menerimanya”
“Ini lucu. Kau akan berkata sebuah dongeng-dongengan yang diceritakan oleh guruku…”
Ia memandangku. Pancaran matanya sangat menusuk, memaksaku menerima apa yang aku dengar. Aku dibuat tak bergerak, terpaku. Keyda bukanlah orang yang senang mempermainkan perasaan orang lain. Jika itu adanya, itulah yang ia katakan. Tapi, kalau soal ini?
Ini gila!!!
“Kau…” aku mencoba melukiskan perasaanku. “Kau pasti…”
“Kalungmu..” ia meneruskan kata-katanya. “Sama persis dengan lambangmu, kan?”
Aku masih belum percaya.
Keyda meletakan jari telunjuknya pada pundak kananku. “Itu adalah Lambang Gama Cyber yang berbeda dengan lambang lainnya…” perlahan ia menurunkan jari telunjukya, dan berhenti pas di tempat lambangku berada. “Kita semua memilikinya”
Aku mencoba menguasai diriku.
Benarkah ini? Lalu mengapa tak ada satupun orang yang membertitauku soal hal aneh ini? Bahkan tentang lambangku, disambungkan dengan kejadian kemarin?
Kupandang lagi tanganku. Ya, aku berbeda dari Reserve Cyber yang lain. Lambang reserve Cyberku tak terletak di tangan kanan, dan Hazel Daze bukanlah robot genetic berbentuk binatang, namun seperti robot tempur. Keyda juga, Caroline juga, dan itu semua membuktikan. Tapi…tapi…
Aku bersila pada lantai, tak sanggup berdiri lagi. Lalu mulai tertawa.
“Jadi, kau ingin mengatakan bahwa kita adalah seorang Gama Cyber, yang mempunyai kekuatan yang mengendalikan semua Reserve Cyber, dan menggenggam kekuatan alam?” aku tersenyum memaksa. “Begitukah, Key?”
Ia ikut duduk bersamaku. Lalu mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya. Ia memiliki itu juga. Kalung, dengan bandul kepingan salju berwarna biru tua. Ia memandangnya, lekat. Bandulnya berkitau-kilau diterpa matahari sore. Matanya, memancarkan sesuatu kesedihan, entah itu apa.
“Kau tau? Semua? Dari dulu?” aku berkata, akhirnya. “Kalau begitu, masa laluku, kau tau itu?”
Dia bergeming.
“Kau tidak mengelaknya?” aku maju meggenggam tangannya. “Jika begitu, apa yag terjadi di perang Selatan? Ceritakan yang sebenarnya!! Tolong, kepalaku ingin meledak jika ku mengingatnya….” Aku mulai memohon padanya.
Ia menghela nafasnya. Memalingkan wajahnya dari hadapanku “Soal itu, aku tak bisa membantu, maaf”
“Kenapa?” ucapku kecewa. “Kau tak bisa menyembunyikannya lagi, kan? Semua telah terungkap, kan?”
“Ingatanmu itu terkunci” ia berbisik. “Dan kau yang harus menemukan kuncinya”
Hening. Lama aku merenungi semua ini. Jika yang berkata Felix atau Amber, mungkin aku tak akan percaya. Namun jika Keyda?
Aku menunduk, masih menata isi hatiku. “Baiklah…” aku melepsakan genggamanku. “Ini memang sinting, tapi ini kenyataan…katakan, apa ada orang lain lagi yang mengetahui kalau aku adalah Gama Cyber?”
Ia menggeleng. “yang lainnya masih menganggap itu adalah legenda.”
KRIIIINGG………….
Tanda masuk berbunyi.
“Wah! Aku harus cepat-cepat!!” aku mulai beranjak dari situ. “Mungkin akan ada beberapa orang lagi yang harus aku Interview. Terima kasih, Key!” aku bergegas menuju tangga, dan menunggunya berjalan menyusulku.
***
Makasi yang udah baca sampai sini... kita seneng banget...
Sempet ada ide di pikiran kita: apa kita ngepost 2 minggu 2 chapter ya? Menurut pembaca?
Makasi yang udah mampir dan baca, stay tune dan komen yaa.... :)
1 toughts:
Karen harus percaya dia seorang Gama Cyber! ngomong-omong Amber itu pemales ya. Setiap ada tugas dari Brigjen Tom Slyder pasti...males! Karen jangan terus menggantungkan diri pada Keyda dong! kasian Keydanya dong!(Keyda sih merelakan apa aja demi Karen) 'kan' seorang Gama cyber harus kuat gitu...
Gw bakal slalu ikutin UC! Ganbatte!
-Alice Rutherford-
NB: Kok cuma gw yang komen mulu sih?
Post a Comment